Senin, 26 September 2016

Jenis-jenis Layanan Taman Penitipan Anak.html

Jenis-Jenis Layanan Taman Penitipan Anak (TPA)

Jenis-Jenis Layanan
Taman Penitipan Anak (TPA)


Secara umum TPA terbagi menjadi dua jenis


  1. Berdasarkan Waktu Layanan

    • Sehari penuh (full day)
      TPA Full day diselenggarakan selama satu hari penuh dari jam 07.00 sampai dengan 17.00 (disesuaikan dengan kondisi daerah/lingkungan setempat), untuk melayani peserta didik yang dititipkan baik yang dititipkan sewaktu-waktu maupun dititipkan secara rutin/setiap hari.
    • Setengah hari (half day)
      TPA setengah hari (half day) diselenggarakan selama setengah hari dari jam 7.00 s/d 12.00 atau 12.00 s/d 17.00. TPA tersebut melayani peserta didik yang telah selesai mengikuti pembelajaran di Kelompok Bermain atau Taman Kanak-Kanak, dan yang akan mengikuti program TPQ pada siang hari.
    • Temporer TPA
      yang diselenggarakan hanya pada waktu-waktu tertentu saat di butuhkan oleh masyarakat. Penyelenggara TPA Temporer bisa menginduk pada lembaga yang telah mempunyai izin operasional. Contohnya: Pada daerah nelayan dapat dibuka TPA saat musim melaut, musim panen didaerah pertanian dan perkebunan, atau terjadi situasi khusus seperti terjadi bencana alam,dll.
  2. Berdasarkan Tempat Penyelenggaraan

    • TPA Perumahan
      TPA yang diselenggarakan di komplek perumahan untuk melayani anak-anak di sekitar perumahan yang ditinggal bekerja oleh orang tua mereka.
    • TPA Pasar
      TPA yang melayani peserta didik dari para pekerja pasar dan anak-anak yang orang tuanya berbelanja di pasar.
    • TPA Pusat Pertokoan
      Layanan TPA yang diselenggarakan di pusat pertokoan. Tujuan utamanya untuk melayani peserta didik yang orang tuanya bekerja di pertokoan tertentu namun tidak menutup kemungkinan TPA ini melayani peserta didik di luar pegawai kantor pertokoan.
    • TPA Rumah sakit
      Layanan TPA yang diselenggarakan selain untuk karyawan rumah sakit juga melayani masyarakat di lingkungan Rumah Sakit.
    • TPA Perkebunan
      Taman Penitipan Anak (TPA) Berbasis Perkebunan adalah layanan yang dilaksanakan di daerah perkebunan. Layanan ini bertujuan untuk melayani anak-peserta didik pekerja perkebuanan selama mereka ditinggal bekerja oleh orang tua.
    • TPA Perkantoran
      Layanan TPA yang diselenggarakan di pusat perkantoran. Tujuan utamanya untuk melayani peserta didik yang orang tuanya bekerja dikantor Pemerintahan/Swasta tertentu namun tidak menutup kemungkinan TPA ini melayani peserta didik di luar pegawai kantor.
    • TPA Pantai
      Layanan TPA Pantai bertujuan untuk mengasuh peserta didik para nelayan dan pekerja pantai, namun tidak menutup kemungkinan melayani anak-anak disekitar daerah tersebut. Tempat penyelenggaraan TPA seperti contoh diatas bisa berkembang sesuai kebutuhan masyarakat, dengan mengembangkan layanan diberbagai tempat seperti: tempat-tempat nelayan dan pekerja pantai, namun tidak menutup kemungkinan melayani anak-anak disekitar daerah tersebut.
    • TPA Pabrik
      Layanan TPA Pabrik adalah penyelenggaraan layanan TPA yang berada di lingkungan pabrik yang bertujuan untuk melayani anak dari para pekerja parik, namun tidak menutup kemungkinan melayani anak-anak disekitar daerah tersebut. layanan TPA Pabrik dapat disesuaikan dengan jam jam kerja pegawai pabrik, yang berdasarkan jadwal waktu kerja pegawai pabrik.
    • TPA Mall
      Layanan TPA yang diselenggarakan di mall atau pusat perbelanjaan. Tujuan utama di selenggarakanya TPA mall adalah untuk dapat melayani pengunjung mall yang membutuhkan layanan TPA pada saat mereka melakukan aktivitas di mall tersebut.

      Layanan TPA mall dapat bersifat temporer untuk para pengunjung/pengguna jasa mall, dapat pula bersifat tetap untuk memberikan layanan bagi anak-anak pegawai di mall.

      Tempat penyelenggaraan TPA seperti contoh diatas bisa berkembang sesuai kebutuhan masyarakat, dengan mengembangkan layanan diberbagai tempat dan komunitas.

      Bagi TPA yang memberikan layanan secara temporer jadwal kegiatan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan bagi TPA yang masih fokus pada penitipan peserta didik saja sangat diharapkan untuk dapat bekerja sama dengan TK dan KB terdekat supaya peserta didik yang dititipkan mendapatkan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan dan usia peserta didik

Deteksi Dini Tumbuh Kembang Peserta Didik.html

DDTK Peserta Didik

Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Peserta Didik


Pengertian Deteksi Dini


Deteksi dini adalah kegiatan untuk menemukan secara dini adanya potensi dan hambatan pertumbuhan dan perkembangan pada peserta didik usia dini.


Tujuan Deteksi Dini


Hasil deteksi dini tumbuh kembang peserta didik bertujuan sebagai dasar untuk memberikan stimulasi dan intervensi yang tepat sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Deteksi Pertumbuhan meliputi :
  1. Menimbang berat badan peserta didik setiap bulan untuk melihat pertumbuhan berat badan.
  2. Mengukur tinggi/panjang badan peserta didik setiap bulan untuk melihat pertumbuhan tinggi/panjang badan.
  3. Mengukur besar lingkar kepala peserta didik setiap bulan untuk melihat pertumbuhan lingkar kepala.
  4. Memeriksa bagian kepala (rambut, mata, telinga, hidung, mulut, gigi), kulit, kuku, tangan dan kaki di laksanakan minimal seminggu 1 (satu) kali untuk melihat kebersihan dan kesehatan.

Deteksi Perkembangan Dini Meliputi


1. Sosial emosional dan kemandirian


Deteksi dini ini berhubungan dengan kemampuan bersosialisasi dan pengendalian emosi serta kemampuan mandiri peserta didik.
Hambatan mungkin terjadi misalnya ketika peserta didik:
  • Kurang konsentrasi/pemusatan perhatian
  • Sulit berinteraksi dengan orang lain
  • Mudah menangis/cengeng
  • Sering marah jika keinginannya tidak dituruti.

2. Bahasa


Deteksi dini ini dilakukan untuk melihat hambatan yang berhubungan dengan kemampuan berbahasa yang meliputi kemampuan membedakan suara yang bermakna dan tidak bermakna (bahasa reseptif), bicara (bahasa ekspresif), komunikasi (pragmatik).

A. Fisik (motorik kasar dan halus)
  • Motorik kasar
    Deteksi dini pada motorik kasar dilakukan untuk melihat hambatan yang berhubungan dengan keseimbangan dan koordinasi anggota tubuh dengan menggunakan otot-otot besar.
  • Motorik halus
    Deteksi dini pada motorik halus dilakukan untuk melihat hambatan yang melibatkan gerakan bagian tubuh tertentu yang memerlukan koordinasi yang cermat antara otot-otot kecil/halus dan mata serta tangan.
B. Kognitif

Deteksi dini pada aspek kognitif dilakukan untuk melihat hambatan yang berhubungan dengan aspek kematangan proses berpikir. Perkembangan kognitif pada peserta didik, terutama yang masih berusia kurang dari 2 tahun, Tingkat capaian perkembangannya berhubungan dengan alat indra penglihatan, perabaan, penciuman, dan pendengaran.

Namun, yang akan dibahas hanyalah indera penglihatan dan pendengaran saja.

1.Deteksi dini pada penglihatan dilakukan untuk melihat hambatan yang berhubungan dengan :
  • melihat persamaan dan perbedaan
  • bentuk
  • warna
  • benda
2.Deteksi dini pada pendengaran dilakukan untuk melihat masalah yang berhubungan dengan:
  • pengamatan melalui indera pendengaran yang merupakan keterampilan untuk mampu mendengar perbedaan dan persamaan suara
  • keterampilan untuk mampu mengingat suara-suara atau bunyi.

Langkah-langkah Deteksi Dini Tumbuh Kembang Peserta Didik


  1. Persiapkan buku DDTK
  2. Persiapkan Kartu DDTK
  3. Tentukan Umur peserta didik
  4. Cantumkan dan lingkari tanggal pemeriksaan di kotak umur peserta didik
  5. Lakukan Pemeriksaan
  6. Jika peserta didik sudah mampu,berikan tanda(Ceklis) pada kotak yang tersedia
  7. Jika peserta didik tidak mampu, lihatlah kemampuan peserta didik satu tingkat dibawah usianya
  8. Hubungkan tanda (Ceklis) menjadi sebuah garis yang saling berhubungan
  9. Hasil pemeriksaan dibahas bersama
  10. Apakah peserta didik perlu distimulasi ?
  11. Apakah peserta didik perlu dirujuk ?
  12. Apakah peserta didik sudah sesuai umur perkembangannya ?
  13. Pencatatan
  14. Catat hal hal yang ditemukan pada saat pemeriksaan:
  15. Sikap
  16. Kondisi peserta didik saat pemeriksaan dll

Tindak Lanjut Hasil Deteksi


  1. Tindak lanjut Oleh Guru
  2. Apabila ditemukan hambatan perkembangan diperlukan kesepahaman orang tua dan guru untuk penanganan lebih lanjut. Jika dirasa perlu guru dapat merekomendasikan kepada orang tua untuk melakukan konsultasi ke ahli yang relevan antara lain kepada staf Puskesmas, terapis, psikolog, atau dokter.
  3. Tindak Lanjut oleh Pusat Rujukan
  4. Berdasarkan hasil kesepakatan orang tua, maka pusat rujukan dapat menindak lanjuti hasil deteksi dini peserta didik sesuai dengan kebutuhan.

Layanan Kesehatan dan Gizi.html

Layanan Kesehatan Dan Gizi

Layanan Kesehatan Dan Gizi


Layanan Kesehatan


Layanan kesehatan di TPA dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
  • Layanan kesehatan langsung berupa : pemeriksaan kesehatan peserta didik yang dilakukan oleh tenaga medis secara berkala
    misalnya pemeriksaan gigi, pemberian vitamin A, penimbangan, imunisasi, dan penanganan darurat. Untuk kegiatan ini lembaga TPA dapat bekerjasama dengan Posyandu atau Puskesmas terdekat.
  • Layanan kesehatan tidak langsung berupa : pemeliharaan kebersihan lingkungan dan alat main, pengatuan cahaya dan ventilasi, ketersediaan air bersih untuk kegiatan bermain ataupun untuk toileting, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan, dsb.

Layanan Gizi


  1. Layanan gizi dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan gizi yang seimbang bagi peserta didik di TPA.
  2. Layanan gizi dilakukan melalui pemberian makanan yang sehat dan bergizi tinggi, dengan memperhatikan variasi makanan, catatan kebutuhan dan sensitivitas jenis makanan untuk setiap peserta didik
  3. Sangat dianjurkan bagi pengelola TPA untuk mengkonsultasikan menu gizi seimbang dengan petugas kesehatan gizi terdekat seperti Posyandu dan Puskesmas.

parenting.html

Parenting (Pola Asuh Anak)

Program Parenting


A. Pengertian Parenting


Apa Kewajiban Orang Tua Kepada Anak?
Mengasuh Anak (Memelihara, Membina, Membimbing, dan Melindungi)

Parenting (Pola Asuh Anak) Adalah :
Proses memelihara, Melindungi, Membina, Membimbing Perkembangan Fisik Dan Mental Anak, Jiwa Maupun Raganya. Yang Juga Meliputi Emosional, Sosial, Spiritual Dan Intelektual Anak Dari Bayi Hingga Dewasa.

Tentu Saja Tujuannya Untuk Menghasilkan Generasi Muda Atau Anak-Anak Yang Cerdas, Bukan Saja Cerdas Intelektual Tetapi Juga Cerdas Emosional Dan Spiritualnya, Sehat Jasmani dan Rohani, Berakhlak Baik, Disiplin, Mandiri, Berpendidikan Tegar dan Terampil. Menjadi Manusia Yang Berkualitas dan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Upaya pendidikan anak ini dilaksanakan oleh keluarga dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dalam keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Parenting sebagai proses interaksi berkelanjutan antara orang tua dan anak-anak mereka yang meliputi aktivitas-aktivitas sebagai berikut:
  1. Memberi makan (Nourishing)
  2. Memberi Petunjuk (Guiding)
  3. Melindungi (Protecting) anak-anak ketika mereka tumbuh berkembang
Keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang ditemui anak ketika anak di izinkan untuk melihat dan menikmati dunia. Pertemuan dengan ibu, ayah dan lingkungan dalam keluarga itu sendiri menjadi subjek sosial yang nantinya akan membentuk dasar anak dengan orang lain. Hubungan anak dengan keluarga merupakan hubungan yang pertama yang ditemui anak. Hubungan anak dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya dapat dianggap sebagai suatu sistem yang saling berinteraksi. Sistem-sistem tersebut berpengaruh pada anak baik secara langsung maupun tidak, melalui sikap dan cara pengasuhan anak oleh orang tua.

Banyak yang dipelajari anak dalam keluarga, terutama hubungannya dengan orang tua. Kasih sayang dan cinta kasih yang Anak kembangkan dalam hubungan sosialnya, erat hubungannya dengan apa yang Anak terima dan rasakan dalam keluarganya. Ketika Anak merasa disayangi, Anak belajar juga untuk berbagi kasih sayang dengan temannya. Sebaliknya jika pengasuhan yang Anak terima selalu menyalahkan Anak, Anak akan belajar mengembangkan perilaku yang sama ketika ia bermain dengan teman-temannya.

Setiap orangtua selalu menginginkan yang terbaik bagi Anak-Anak mereka. Perasaan ini kemudian mendorong orang tua untuk memiliki perilaku tertentu dalam mengasuh Anak-Anak mereka.


B. Empat Pola Pengasuhan Anak


Perilaku mengasuh dan mendidik anak sudah menjadi pola yang sadar tidak sadar keluar begitu saja ketika menjadi orang tua. Oleh Beberapa Peneliti, Perilaku-Perilaku Ini Kemudian Di Teliti Dan Muncullah Beberapa Teori Untuk Menyimpulkan Pola-Pola Pengasuhan Yang Berkembang.

Berikut Empat Tipe Pola Asuh Yang Dikembangkan Pertama Kali Oleh Diana Baumrind (1967) :

1. POLA ASUH DEMOKRATIS
Adalah Pola Asuh Yang Memprioritaskan Kepentingan Anak, Akan Tetapi Tidak Ragu-Ragu Mengendalikan Mereka. Orang Tua Dengan Pola Asuh Ini Bersikap Rasional, Selalu Mendasari Tindakannya Pada Rasio Atau Pemikiran-Pemikiran. Orang Tua Tipe Ini Juga Bersikap Realistis Terhadap Kemampuan Anak, Tidak Berharap Yang Berlebihan Yang Melampaui Kemampuan Anak. Orang Tua Tipe Ini Juga Memberikan Kebebasan Kepada Anak Untuk Memilih Dan Melakukan Suatu Tindakan, Dan Pendekatannya Kepada Anak Bersifat Hangat.
2. POLA ASUH OTORITER
Sebaliknya Cenderung Menetapkan Standar Yang Mutlak Harus Dituruti, Biasanya Dibarengi Dengan Ancaman-Ancaman. Misalnya, Kalau Tidak Mau Makan, Maka Tidak Akan Diajak Bicara. Orang Tua Tipe Ini Juga Cenderung Memaksa, Memerintah, Menghukum. Apabila Anak Tidak Mau Melakukan Apa Yang Dikatakan Oleh Orang Tua, Maka Orang Tua Tipe Ini Tidak Segan Menghukum Anak. Orang Tua Tipe Ini Juga Tidak Mengenal Kompromi, Dan Dalam Komunikasi Biasanya Bersifat Satu Arah. Orang Tua Tipe Ini Tidak Memerlukan Umpan Balik Dari Anaknya Untuk Mengerti Mengenai Anaknya.
3. POLA ASUH PERMISIF ATAU PEMANJA
Biasanya Meberikan Pengawasan Yang Sangat Longgar. Memberikan Kesempatan Pada Anaknya Untuk Melakukan Sesuatu Tanpa Pengawasan Yang Cukup Darinya. Mereka Cenderung Tidak Menegur Atau Memperingatkan Anak Apabila Anak Sedang Dalam Bahaya, Dan Sangat Sedikit Bimbingan Yang Diberikan Oleh Mereka. Namun Orang Tua Tipe Ini Biasanya Bersifat Hangat, Sehingga Seringkali Disukai Oleh Anak.
4. TIPE PENELANTAR.
Orang Tua Tipe Ini Pada Umumnya Memberikan Waktu Dan Biaya Yang Sangat Minim Pada Anak-Anaknya. Waktu Mereka Banyak Digunakan Untuk Keperluan Pribadi Mereka, Seperti Bekerja, Dan Juga Kadangkala Biayapun Dihemat-Hemat Untuk Anak Mereka. Termasuk Dalam Tipe Ini Adalah Perilaku Penelantar Secara Fisik Dan Psikis Pada Ibu Yang Depresi. Ibu Yang Depresi Pada Umumnya Tidak Mampu Memberikan Perhatian Fisik Maupun Psikis Pada Anak-Anaknya.

C. Pangaruh Pola Asuh Orang Tua


  1. Pola Asuh Demokratis :
    Akan menghasilkan karakteristik anak anak yang Mandiri, Dapat Mengontrol Diri, Mempunyai Hubungan Baik Dengan Teman, Mampu Menghadapi Stress, Mempunyai Minat Terhadap Hal-Hal Baru, dan Koperatif Terhadap Orang-Orang Lain.
  2. Pola Asuh Otoriter :
    Akan menghasilkan karakteristik anak yang Penakut, Pendiam, Tertutup, Tidak Berinisiatif, Gemar Menentang, Suka Melanggar Norma, Berkepribadian Lemah, Cemas dan Menarik Diri, Pemalu dan Tidak Percaya Diri Untuk Mencoba Hal Yang Baru.
  3. Pola Asuh Permisif :
    akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang Impulsive, Agresif, Tidak Patuh, Manja, Kurang Mandiri, Mau Menang Sendiri, Kurang Percaya Diri, dan Kurang Matang Secara Sosial.
  4. Pola Asuh Penelantar :
    Akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang Moody, Impulsive, Agresif, Kurang Bertanggung Jawab, Tidak Mau Mengalah, Self Esteem (harga diri) Yang Rendah, Sering Bolos, dan Bermasalah Dengan Teman.
Dari Karakteristik-Karakteristik tersebut di atas, kita dapat mawas diri, kita masuk dalam kategori pola asuh yang mana. Apabila kita memahami Pola Asuh yang mana yang cenderung kita terapkan dan ternyata bisa membawa dampak buruk untuk perkembangan anak, maka kita dapat segera merubahnya dan menjadi lebih bijaksana dalam mengasuh anak.

Kita juga bisa kita melihat, bahwa harga diri yang rendah terutama adalah disebabkan karena Pola Asuh Orang Tua yang Penelantar. Banyak sekali para orang tua terutama para wanita karier yang suda mempunyai anak yang lebih cinta kepada pekerjaannya dari pada kepada anaknya sendiri. Dia lebih banyak meluangkan waktu untuk mencari uang dan uang. Dia lupa kalau di rumah ada Anak-Anaknya yang membutuhkan kasih dan sayang dia. Pergi kerja disaat Anaknya masih tertidur pulas, lalu pulang ketika Anaknya sudah tertidur pulas lagi. Sehingga, Anak-Anak lebih mengenal pembantunya daripada sosok ibunya sendiri.

Contoh lain adalah orangtua yang sangat Otoriter. Biasanya orang tua yang otoriter cenderung menempatkan anak di posisi yang tertindas yang tidak punya hak. Jika anak tidak menuruti, kekerasan menjadi jawabannya. Beberapa orang tua cenderung mengikuti gaya ini, yaitu mendidik anak secara otoriter dan menggunakan kekerasan. Pengasuhan ini menciptakan Anak yang hanya taat kepada Orang Tua jika ada Orang Tuanya dan melakukan kekerasan itu terhadap Adik atau Teman mereka yang lebih lemah; pada Anak yang perasa, biasanya menjadikan mereka Anak yang semakin penakut, tidak berani mengambil keputusan dan tidak percaya diri.

Dari keempat model pengasuhan diatas, Pola Asuh Demokratislah yang paling baik. Karena Pola Asuh ini menempatkan Anak dan Orang Tua sejajar. Tidak ada hak anak yang dilanggar juga hak Orang Tua yang dilanggar; kewajiban Anak dan Orang Tua sama-sama dituntut dalam Pola Asuh Demokratis ini


D. Tujuan Program Parenting


  1. Secara Umum Tujuan Program Parenting Adalah :
    Mengajak para orang tua untuk bersama-sama memberikan yang terbaik buat anak-anak mereka.
  2. Secara Khusus Tujuan Pengembangan Program Parenting Adalah:
    • Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam melaksanakan Perawatan, Pengasuhan dan Pendidikan Anak di dalam keluarga sendiri dengan landasan dasar-dasar kareakter yang baik.
    • Mempertemukan kepentingan dan keinginan antara Pihak Keluarga dan Pihak Sekolah guna mensikronkan keduanya sehingga Pendidikan Karakter yang dikembangkan di lembaga PAUD dapat ditindak lanjuti di lingkungan keluarga.
    • Menghubungkan antara program sekolah dengan program rumah. Lembaga PAUD yang memiliki program-program kelembagaan dan pembelajaran kadangkala bertentangan atau tidak selaras dengan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di lingkungan keluarga. Dengan program parenting ini akan terjadi keselarasan dan keterkaitan, kerjasama yang saling mendukung, saling menguatkan.

E. Tahapan Pembentukan Program Parenting Antara Lain


  1. Melakukan Identifikasi Kebutuhan Orang Tua
    Setiap orang tua memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda terhadap anak-anaknya yang menjadi peserta didik di lembaga PAUD. Ada orang tua yang ingin anak-anaknya bisa cepat membaca, dan ada orang tua yang ingin anak-anaknya lebih mandiri, ada juga orang tua yang ingin anak-anaknya pandai menyanyi dan menari dan lain sebagainya. Oleh karena itu perlu di lakukan identifikasi kebutuhan orang tua yang beragam tersebut sehingga dapat di tuangkan dalam kurikulum lembaga PAUD.
  2. Membentuk kepanitiaan PARENTING Yang Melibatkan Komite Sekolah
    Kepanitiaan dalam Program Parenting di bentuk dengan melibatkan komite sekolah sehingga program parenting yang di kembangkan betul-betul dapat menjembatani kebutuhan orang tua dan kebutuhan sekolah/Lembaga PAUD.

    Panitia Program Parenting ini dibentuk dengan susunan yang jelas sebagaimana sebuah organisasi. Dalam bagan tersebut sebagaimana kelengkapan sebuah organisasi antara lain :
    • Ketua
    • Sekretaris
    • Bendahara
    • Seksi-Seksi Seperti : Seksi Pendidikan Dan Pengajaran, Seksi Perlengkapan Dan Sarana, Seksi Dana. Seksi-Seksi Ini Sesuai Dengan Kebutuhan Organisasi.
  3. Membuat Job Deskripsi Masing-Masing Bagian
    Setelah susunan kepanitiaan untuk program parenting dengan struktur organisasi yang jelas terbentuk, selanjutnya masing-masing bidang menyusun Job Deskripsi atau rencana tugas masing-masing bagian dan seksi-seksi yang ada.
  4. Menyusun Program Perangkat Organisasi Yang Terbentuk
    Selanjutnya bekerja di bawah komando Ketua Program Parenting untuk menyusun program yang akan di laksanakan, Siapa pelaksananya?, Siapa narasumbernya?, dan berapa anggarannya.
  5. Menyusun Jadwal Kegiatan Secara Rinci Dan Jelas Kapan Waktu Dan Tempat, Jumlah Pertemuan dan sebagainya.
  6. Mengidentifikasi Potensi dan Mitra Pendukung Dengan Pengembangan Program Parenting
    Perlu di jalin kemitraan dengan individu seperti : Pejabat Pemerintah, Tokoh Masyarakat, Kalangan Profesional (Dokter, Petugas Kesehatan, Ahli Gizi, Praktisi PAUD) Dan Institusi baik pemerintah maupun swasta (Puskesmas, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Posyandu DLL)
  7. Melaksanakan Program Sesuai Dengan Agenda
    Program dan jadwal kegiatan selanjutnya harus menjadi acuan dalam dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan. Apabila terjadi pergeseran Agenda Kegiatan perlu juga disiapkan alternatif pelaksanaannya bila terjadi hambatan di lapangan.
  8. Melakukan Evaluasi Dan Kesepakatan Bersama
    Setiap kegiatan mulai perencanaan dilakukan evaluasi agar dapat menghindari kesalahan dan mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada.

F. Jenis-Jenis Kegiatan yang dapat di laksanakan dalam kegiatan lembaga PAUD


  1. PARENT GATHERING
    Kegiatan Parent Gathering adalah : Pertemuan orang tua dengan fihak lembaga PAUD yang di fasilitasi oleh Panitia Program Parenting, Guna membicarakan tentang program-program lembaga PAUD dalam hubungannya dengan bimbingan dan pengasuhan anak di keluarga dalam rangka menumbuh kembangkan anak secara optimal.

    Materi dalam pertemuan dapat berbagai hal tentang kebutuhan Tumbuh Kembang Anak Misalnya : Tentang Gizi dan Makanan, Tentang Kesehatan, Tentang Pendidikan Karakter, Tentang Penyakit Pada Anak dan sebagainya.
  2. FOUNDATION CLASS
    Kegiatan Fondation Class adalah : Pembelajaran bersama anak dengan orang tua di awal masuk sekolah dalam rangka orientasi dan pengenalan kegiatan di sekolah. Di laksanakan pada minggu-minggu pertama anak masuk sekolah di Tahun Ajaran Baru.
  3. SEMINAR
    Kegiatan Seminar adalah : Kegiatan dalam rangka Mensosialisakan Program Parenting yang dapat di laksanakan dalam bentuk seminar, Misalnya mengundang Tokoh atau Praktisi PAUD yang Kompeten, Pakar Dongeng, Psikolog dan lain-lain
  4. KONSULTASI
    Kegiatan Konsultasi adalah : Hari Konsultasi orang tua yang dapat di sediakan atau di buka oleh lembaga PAUD.
    Jumlah hari yang disediakan sesuai dengan tinggi rendahnya kasus atau jumlah orang tua yang melakukan Konsultasi.
  5. FIELD TRIP
    Kegiatan Field Trip adalah : Darmawisata, Kunjungan Wisata, Atau kunjungan ke tempat-tempat yang menunjang kegitan Pembelajaran PAUD.

    Kegiatan kunjungan di lakukan bersama dengan orang tua misalnya : Kunjungan Ke Museum, Kunjungan Ke Bandar Udara, Kunjungan Ke Pelabuhan, Kunjungan Ke Kantor Polisi, Kunjungan Ke Bank, DLL yang sesuai dengan Tema Pembelajaran.
  6. HOME ACTIVITIES
    Kegiatan Home Activities adalah : Aktifitas di rumah di bawa kesekolah (Membawa orang tua mengadakan acara di sekolah bisa dengan melakukan kegiatan seperti di lapangan apabila di sekolah tidak mampu menyediakan tempat menginap, Acara Ulang Tahun Dll)
  7. COOKING ON THE SPOT
    Kegiatan Cooking On The Spot adalah : Belajar Memasak, Menyajikan Makanan Dengan Bimbingan Guru atau bersama Orang Tua
  8. BAZAR DAY
    Kegiatan Bazar Day adalah : Menyelenggarakan Bazar di lembaga PAUD. Anak-anak menampilkan karyanya yang di jual ke orang tua murid atau umum
  9. MINI ZOO
    Kegiatan Mini Zoo adalah : Menyelenggarakan kebun binatang mini di sekolah.
  10. HOME EDUCATION VIDEO
    Kegiatan Home Education Video adalah : Mengirimkan kegiatan pembelajaran anak-anak di lembaga PAUD pada orang tua dalam keeping CD/VCD, agar dapat di saksikan dan di pelajari juga oleh orang tua di rumah.

G. Peran Masyarakat Dalam Pola Asuh Anak


  1. Menciptakan Lingkungan Yang Aman dan Tentram
  2. Menyelenggarakan Kegiatan Yang Bermanfaat Untuk Anak

H. Peran Pemerintah Dalam Pola Asuh Anak


  1. Bertanggung Jawab Menyediakan Sarana dan Prasarana untuk Membantu Orang Tua Melaksanakan Program Parenting (Pola asuh anak)
  2. Standart Pendidikan Yang Berkualitas
  3. Sosialisasi Program Kesehatan Masyarakat
  4. Membangun Panti Asuhan untuk Anak-Anak Terlantar dan Yatim-Piatu
  5. Program Beasiswa Sampai Tamat Perguruan Tinggi
  6. Dll

I. Kesimpulan


  1. Dalam Program Parenting Keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang ditemui Anak, ketika Anak di izinkan untuk melihat dan menikmati dunia
  2. Keluarga sebagai Unit Sosial terkecil di masyarakat yang terbentuk atas dasar komitment untuk mewujudkan fungsi keluarga khususnya fungsi sosial dan fungsi pendidikan
  3. Program Parenting sebagai Wadah komunikasi antar Orang Tua, disamping untuk memberikan sosialisasi terhadap program-program yang diselenggarakan oleh lembaga PAUD
  4. Keluarga sebagai Mitra Lembaga PAUD dalam Program Parenting yang tujuannya untuk menghasilkan Generasi Muda atau Anak-Anak yang cerdas, bukan saja cerdas intelektual tetapi juga cerdas emosional dan spiritualnya.

J. Penutup


Demikianlah pembahasan Tentang Parenting (Pola Asuh Anak) pada kesempatan ini, Mudah-Mudahan bermanfaat adanya dan dapat kita petik hikmahnya, Mohon maaf Atas segala kekurangan, Wa Billahi Taufiq Wal Hidayah Wa Salamu Alaikum Wr.Wb

Standart Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.html

Standart Nasional Pendidikan Anak Usia Dini

Standart Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini


Standard Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, yang disebut Standar PAUD adalah kriteria tentang pengelolaan dan penyelenggaraan PAUD diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidiikan anak usia dini, Standard PAUD merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Standard PAUD menjadi acuan dalam pengembangan, implementasi, dan evaluasi kurikulum PAUD.

Standard PAUD terdiri atas :


  1. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA)
    STPPA merupakan acuan untuk mengembangkan standar isi, proses, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, serta pembiayaan dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini
    STPPA merupakan acuan yang dipergunakan dalam pengembangan kurikulum PAUD.
    STTPA adalah kriteria tentang kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek perkembangan dan pertumbuhan, mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, serta seni.
  2. Standar Isi
    Standar Isi adalah kriteria tentang lingkup materi dan kompetensi menuju tingkat pencapaian perkembangan yang sesuai dengan tingkat usia anak.
    Meliputi program pengembangan yang disajikan dalam bentuk tema dan sub tema
  3. Standar Proses
    Standar Proses adalah kriteria tentang pelaksanaan pembelajaran pada satuan atau program PAUD dalam rangka membantu pemenuhan tingkat pencapaian perkembangan yang sesuai dengan tingkat usia anak.
  4. Standar Penilaian
    Standar Penilaian adalah kriteria tentang penilaian proses dan hasil pemebelajaran dalam rangka mengetahui tingkat pencapaian yang sesuai dengan tingkat usia anak.
  5. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
    Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria tentang kualifikasi akademik dan kompetensi yang dipersyaratkan bagi pendidik dan tenaga kependidikan PAUD.
  6. Standar Sarana dan Prasarana
    Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria tentang persyaratan pendukung penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini secara holistik dan integratif yang memanfaatkan potensi lokal
  7. Standar Pengelolaan
    Standar Pengelolaan adalah kriteria tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan atau program PAUD.
  8. Standar Pembiayaan
    Standar Pembiayaan adalah kriteria tentang komponen dan besaran biaya personal serta opersional pada satuan atau program PAUD.
    Untuk lebih lengkap penjelasannya dapat disimak dalam Permen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 137 Tahun 2013, tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

Pedoman Pengembangan Tema Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini.html

Pedoman Pengembangan Tema Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini

Pedoman Pengembangan Tema Pembelajaran
Pendidikan Anak Usia Dini


A. Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaran yang mengaitkan berbagai bahasan dari kompetensi dasar secara terintegrasi ke dalam satu tema.


B. Tujuan Tema Pembelajaran pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


  1. Melalui Tema Pembelajaran peserta didik akan lebih mudah mengenal suatu konsep pengetahuan
  2. Melalui Tema Pembelajaran dapat mempelajari sesuatu yang bersifat nyata (kongkrit)
  3. Melalui Tema Pembelajaran indikator perkembangan anak dapat tercapai secara optimal

C. Manfaat Tema Pembelajaran


  1. Menghubungkan bahasan satu dengan lainnya, sesuai dengan cara berpikir anak.
  2. Sebagai Topik bahasan. Topik bahasan yang dekat dan dikenal anak membuat anak lebih dapat terlibat di dalamnya.
  3. Menghubungkan pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang baru yang sudah dimiliki anak.
  4. Memudahkan pendidik PAUD dalam pengembangan kegiatan belajar sesuai dengan konsep dan sarana yang dimiliki lingkungan

D. Tiga Aspek Penting Yang Dibangun Melalui Pembelajaran Tematik


  1. ASPEK SIKAP PERILAKU
    Sikap Beragama, Perilaku Hidup Sehat, Rasa Ingin Tahu, Kreatif Dan Estetis, Percaya Diri, Disiplin, Mandiri, Peduli, Mampu Bekerja Sama, Mampu Menyesuaikan Diri, Jujur, Santun Dalam Berinteraksi Dengan Keluarga, Teman Dan Guru.
  2. ASPEK PENGETAHUAN
    Dapat Dikembangkan Berupa : Pengetahuan Tentang Diri,Keluarga, Teman, Guru, Lingkungan Sekitar, Teknologi, Seni Dan Budaya.
  3. ASPEK KETERAMPILAN
    Dapat Dikembangkan Berupa : Kemampuan Berpikir, Berkomunikasi,Bertindak Produktif Dan Kreatif Melalui Bahasa, Musik, Karya Dan Gerakan Sederhana.

E. Prinsip Memilih Tema


  1. KEDEKATAN
    Artinya tema hedaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan anak. Dekat dimaksud dapat dekat secara fisik dapat juga dekat secara emosi atau minat anak.

    Contoh tema yang terdekat dengan peserta didik misalnya diri sendiri. Didalam tema diri sendiri dapat dikembangkan menjadi sub tema aku dengan topik bahasan antara lain :

    • Mengidentifikasi Anggota Tubuh
    • Fungsi Masing-Masing Anggota Tubuh
    • Siapa Saja Yang Boleh Menyentuh Anggota Tubuh Tertentu Dan Alasan Diperbolehkannya
    • Cara Melindungi Anggota Tubuh Dari Hal-Hal Yang Membahayakan
    Setelah tema diri sendiri pendidik dapat memilih tema lain yang dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Masing-masing lembaga tentu memiliki kondisi yang berbeda-beda. Misalnya bagi lembaga PAUD yang lingkungannya dekat dengan pantai,maka Tema lingkunganku dengan Sub Tema pantaiku yang indah dapat menjadi pilihan tema sesuai dengan prinsip kedekatan. Bagi lembaga PAUD yang lingkungannya dekat dengan perkebunan,Tema lingkunganku dengan Sub Tema Kebun dengan topik bahasan kebun mangga,kebun kelapa atau lainnya. Kebun dapat menjadi pilihan tema sesuai dengan prinsip kedekatan.

  2. KESEDERHANAAN
    Artinya tema yang dipilih yang sudah dikenal anak agar anak dapat menggali lebih banyak pengalamannya. Jadi pemilihan tema tidak perlu yang muluk-muluk.

    Contoh : Berdasarkan prinsip kesederhanaan kita dapat memilih Tema lingkungan dengan Sub Tema Kebun Mangga melalui topik bahasan yang sederhana kepada peserta didik. Misalnya :
    • Macam-Macam Kebun Mangga
    • Cara Memelihara Kebun Mangga
    • Peralatan Yang Digunakan Di Kebun Mangga
    • Manfaat Buah Mangga Bagi Kesehatan
    • Cara Mengkonsumsi Buah Mangga

  3. KEMENARIKAN
    Artinya tema Yang dipilih harus mampu menarik minat belajar anak.tema menarik tidak selalu tema yang aneh tetapi tema sekitar anak juga bisa menarik jika guru dapat memilih aktifitas yang sesuai dengan perkembangan anak.

    Contoh : Tema lingkunganku dengan Sub Tema Kebun Mangga sangat menarik bagi anak dengan aktifitas antara lain :

    • Menghitung jumlah buah mangga dengan macam-macam warna,mengumpulkan daun mangga, mengklasifikasi daun mangga berdasarkan warna/ukuran, menggambar pohon mangga, menggambar buah mangga,menggambar kebun mangga, menjiplak tekstur kulit batang mangga, dll.
    • Melakukan pengamatan terhadap pohon mangga yang ada di lingkungan (tekstur kulit pohon mangga, warna batang mangga, tinggi batang, jumlah ranting pada cabang, urutan ukuran daun, berbagai.
    • Melakukan kegiatan bersama orang tua dan guru misalnya membuat jus, manisan dan berbagai makanan dari buah mangga dan membuka bazar bersama.

  4. KEINSIDENTALAN
    Artinya pemilihan tema tidak selalu baku yang direncanakan diawal tahun, tetapi juga dapat menyisipkan kejadian luar biasa yang dialami anak. misalnya peristiwa banjir yang dialami anak dapat dijadikan tema insidental.

    Contoh: Pada saat anak-anak mengamati pohon mangga yang berada di luar kelas dan mendiskusikannya, tiba-tiba ada seekor kupu-kupu besar dan berwarna indah melintas dan hinggap pada salah satu ranting bunga yang berada di dekat pohon mangga, maka pendidik dapat mengajak anak untuk membahas kupu-kupu tersebut, tentang warnanya, caranya terbang, apa yang dicari atau dimakan, bagaimana berkembang biaknya dll

Teknik Pengembangan Tema


A. Apa Saja Yang Dapat Dijadikan Tema


Banyak hal dilingkungan kehidupan kita dapat dijadikan tema, karena pada dasarnya tema sebagai bingkai yang dapat dipelajari anak.

Lembaga dapat mengembangkan tema sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi. Dalam buku panduan guru telah diberikan contoh sebanyak 9 Tema yang dikembangkan menjadi 34 Sub/Sub-sub Tema .
Bagi lembaga yang telah mampu mengembangkan tema. berikut ini merupakan Contoh Tema Pembelajaran yang dapat digunakan sebagai acuan untuk di kembangkan yaitu :

1. Diriku :

  • Tubuhku
  • Kesukaanku
  • Identitasku

2. Keluargaku :

  • Anggota Keluarga
  • Pekerjaan keluargaku

3. Binatang :

  • Ikan
  • Ayam
  • Burung
  • Harimau

4. Lingkungan alam :

  • Laut
  • Gunung
  • Kotaku
  • Desaku
  • Kebunku, dll

5. Lingkungan sosial :

  • Tetanggaku
  • Teman bermainku
  • Gotong royong
  • Pos Hansip

6. Benda benda sekitar :

  • Kendaraan
  • Alat komunikasi
  • Benda-benda alam : batu, air, udara, dll

7. Budaya:

  • Pakaianku
  • Makanan
  • Tari-tarian
  • Sopan santun
  • Permainan tradisional, dll

8. Hari besar agama :

  • Idul Fitri
  • Idul Adha
  • Nyepi
  • Natal
  • Waisak, dll

9. Negaraku :

  • Lambang Negara
  • Bendera Negara
  • Lagu Kebangsaaan
  • Pahlawan Nasional
  • Lagu Nasional, dll

10. Profesi, dll

Dari kelompok di atas dapat diurai menjadi tema-tema yang lebih khusus. Ternyata banyak sekali yang dapat dijadikan tema, karena itu tidak perlu untuk disamakan tema kita dari Sabang sampai Merauke. Masing-masing daerah memiliki keunikan. Mengapa keunikan itu tidak dijadikan sebagai tema pembelajaran?


B. Keluasan Tema


Sebuah tema dapat dikembangkan menjadi sub tema, sub-sub tema, pokok bahasan,dan seterusnya. Jika pertanyaannya seberapa luas sebuah tema dikembangkan?

Jawabannya tergantung seberapa luas pendidik dapat memfasilitasi pengembangan tema untuk memberi pengalaman baru pada anak. Artinya bila pendidik yang banyak membaca tentu akan mengembangkan tema menjadi sangat luas, tetapi bisa juga sebaliknya.


C. Berapa Lama Waktu Yang Dibutuhkan


Tidak ada ketentuan sebuah tema dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Artinya sebuah tema bisa dilaksanakan lama dan bisa juga singkat, tergantung keluasan tema dan minat anak terhadap tema tersebut. Ada kalanya satu tema membutuhkan waktu selama sebulan atau bahkan lebih, ada juga yang kurang dari sebulan.


D. Langkah-Langkah Pengembangan Tema


  1. PEMILIHAN TEMA
    Langkah pertama yang harus dilakukan pendidik adalah menetapkan tema apa yang akan dipakai untuk memfasilitasi kegiatan belajar anak. Bila akan menggunakan tema yang ada di pedoman guru, maka pilihlah tema yang paling dekat dengan kehidupan anak, yang paling diminati oleh anak, dan memungkinkan dilakukan oleh guru. Menentukan sebuah tema yang akan dipakai penting dilakukan sebagai persiapan agar pendidik tidak hanyak menyiapkan diri tetapi juga menyiapkan alat dan bahan main yang sesuai dengan tema.
  2. MENGEMBANGKAN TEMA MENJADI SUB TEMA
    Apabila tema sudah ditetapkan, cobalah mengembangkannya menjadi sub-sub tema. Sub tema artinya bagian yang lebih khusus dari sebuah tema. Caranya dengan memikirkan apa saja yang terkait dengan tanaman.
  3. MENENTUKAN SUB TEMA YANG AKAN DIGUNAKAN
    Dari sekian banyak sub-sub tema yang dikembangkan dari sebuah tema, pilihlah beberapa sub tema yang diperkirakan paling menarik bagi anak. contoh di atas mengembangkan dari Tema tanaman, bahasan tentang tanaman buah terdiri dari buah pisang, mangga, papaya, jeruk. Dari keempat sub tema tersebut ditetapkan apakah semuanya akan diambil atau hanya sebagian dari sub tema tersebut.

    Misalnya akan diambil 1 sub tema yaitu: pisang.
  • Contoh :
    TEMA SUB TEMA WAKTU
    Tanaman
    1. Pisang
    2. Bayam
    3. Kentang
    4. Melati
    5. Kunyit
    • 2 minggu
    • 1 minggu
    • 1 minggu
    • 1 minggu
    • 1 minggu
  • Contoh :
    Tema Tanaman
    Sub Tema Pisang
    Penetapan KD:
    1. Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaanNya ((KD 1.1)
    2. Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup sehat (KD 2.1)
    3. Mengenal benda-benda di sekitarnya (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara,tekstur, fungsi dan cirri-ciri lainnya ) KD : 3.6
    4. Mengenal lingkungan alam (hewan, tanaman, cuaca, tanah, air batu-batuan, dll) KD : 3.8
    Penetapan Muatan/Materi Pembelajaran
    (meliputi seluruh program pengembangan) :
    • Pisang karunia Tuhan (nilai agama dan moral)
    • Mencuci tangan sebelum makan (perilaku hidup sehat)
    • Nama/jenis-jenis , warna, bentuk, ukuran, fungsi dan ciri-ciri pisang (kognitif)
    • Bagian-bagian tumbuhan pisang
    • Kosa kata yang terkait dengan pisang (bahasa)
    • Kemandirian, kerjasama (sosial emosional)
Buatlah Pengembangan Tema Sesuai Langkah-Langkah Di Atas!

E. Penggunaan Tema Dalam Pembelajaran


Tema pada akhirnya digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat membantu pendidik dalam menjelaskan konsep pengetahuan kepada anak. Sebelumnya tema harus masuk dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran, sehingga pendidik mempersiapkan diri untuk :
  1. Mengumpulkan informasi tentang tema dan sub tema
  2. Menyiapkan bahan-bahan bacaan tentang tema dan sub tema
  3. Menyiapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan main yang sesuai tema
  4. Membuat seting lingkungan yang menggambarkan tema
  5. Menyiapkan kegiatan yang mendukung puncak tema.

F. Transisi Antar Tema


Untuk mengawali penggunaan tema, sebaiknya anak diberikan pengalaman langsung melalui :
  1. Diskusi tentang pengalaman anak terkait tema
  2. Berkunjung ke suatu tempat yang terkait dengan tema
  3. Membacakan cerita yang terkait dengan tema
  4. Berdiskusi sesuai dengan pengalaman anak yang terkait dengan tema
  5. Mengundang narasumber yang memiliki keahlian/pengetahuan terkait dengan tema
  6. Membuat setting lingkungan sesuai dengan tema
Untuk Mengakhiri Penggunaan Suatu Tema Dapat Di Lakukan Dengan Cara :
  1. Berdiskusi dengan anak tentang pengalaman yang berkaitan dengan tema yang sudah digunakan
  2. Mengajak anak untuk menceritakan kembali hasil karya selama penggunaan tema kepada orang tua dan keluarga
  3. Field Trip dalam rangka penguatan pengetahuan yang sudah dimiliki anak
  4. Mengundang orang tua untuk kegiatan bersama yang berkaitan dengan tema.
    Misalnya : membuka bazaar murah untuk masyarakat sekitar. Setelah mengakhiri tema guru harus dapat mengkaitkan tema sebelum dan tema yang akan digunakan selanjutnya dengan cara :
    • Bercerita, berdiskusi tentang kaitan antara tema sebelum dan tema yang akan digunakan
    • Menggunakan tema saat ini sesuai dengan pilihan di atas.
    • Saat mengakhiri tema dan akan masuk tema berikutnya sesuai dengan pilihan di atas.
Contoh : Penggunaan Tema Dalam Pembelajaran, Dan Transisi Antar Tema
  1. Mencari Informasi Pengetahuan Tentang Pisang Dari Berbagai Sumber
  2. Berkunjung Ke Kebun Pisang
  3. Berkunjung Ke Toko Buah
  4. Penataan Lingkungan Yang Mendukung Tema Dengan Membuat Aksesoris/Hiasan Tentang Pisang
Buatlah contoh penggunaan tema dalam pembelajaran sesuai dengan contoh di atas!

G. PENUTUP


Pengembangan Tema merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran, karena penting untuk memfokuskan perhatian anak sehingga memudahkan pemahaman konsep dan pencapaian tugas perkembangan sesuai dengan usia anak. kemampuan pendidik di dalam Pemahaman dan Pengembangan Tema merupakan hal yang harus diupayakan agar pencapaian hasil pembelajaran menjadi optimal. Jika pendidik memiliki kemampuan yang baik dalam mengembangkan tema maka proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna bagi anak.

Dengan disusunnya pedoman pengembangan tema ini diharapkan dapat mempermudah pendidik PAUD dalam mengembangkan tema pembelajaran di PAUD,sehingga pembelajaran menjadi lebih Terarah, Efektif dan Efisien dalam mencapai tujuan yang telah di tentukan